Menempuh (2)

Semua sudah dikemasnya, termasuk kantuk itu. Tas ransel dah penuh, menggelembung, seperti akan meledak. Perjalanan membisikinya untuk tetap sabar. Tas, itu sesungguhnya tidak berat. Isinya berbagai elemen fatamorgana.

Motor bututnya pun membelah kerumunan detikdetik menjelang azan subuh. Mereka bercericit bubar serupa tikus mencari lubang air pinggir jalan. Namun, ada satu dua yang tergilas ban motornya tanpa ampun. Penungguan memang memerlukan korban waktu..

Suara azan dibisikkan angin pada celah helm tuanya. Perjalanan pun meminta dia menepi, tapi selalu ada alasan untuk menapikan istirah yang satu itu. Ia tancap gas tak mau kehilangan gelap.

(Bersambung)

Depok, 2 September 2018


Comments

One response to “Menempuh (2)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *