Pernahkah kau takbisa tidur nyenyak karena sebuah ide tulisan? Pada saat seperti itulah kau sedang dihantui mereka . Dan ini adalah momen termahal bagi seorang penulis. Ide yang biasanya sulit dicari, pada saat seperti ini begitu saja menghampiri, bahkan dengan serentak. Namun, nanti dulu, itu semua akan berlalu bila kau tidak bangun dan segera membuka layar laptopmu atau meraih penamu dan mencatatkannya.
Di luar hal positif fenomena tersebut, sebenarnya perlu diurai juga sumber utama kejadian langka ini. Bisa saja, hantu ide muncul karena ada sesuatu yang belum kau selesaikan atau ada tenggat yang mendesak, atau bahkan ada hutang pekerjaan yang takkunjung kau rampungkan. Bila itu penyebabnya, kau sedang diteror kelalaianmu sendiri. Ide yang sudah dalam bentuk ragangan itu kau biarkan atas nama kemalasanmu. Hanya saja, kau bisa mencari alasan terkuat untuk menenangkan diri, bahwa hantu-hantu ide itu sebenarnya bentuk dari tanggung jawab profesionalmu. Bayangkan bila kau takkunjung bangun dari hibernasimu atas nama mencari mood atau suasana penuh hasrat kreatif. Sepertinya kau perlu menangkap kesempatan emas ini dengan aura positif; sebuah kebangkitan.
Ada hal lain lagi, berkaitan dengan “keterjagaanmu” itu, yaitu berawal dari gentingnya sebuah kesadaran. Ya, Nabi, rohaniwan, penulis, budayawan, para penemu dalam berbagai bidang, dan berbagai subjek kehidupan lainnya biasanya memiliki hal ini. Karenanya, mereka biasanya sedikit tidur karena keterjagaan yang terjaga. Pemicu yang paling utama dari ini semua adalah daya kritis subjek kehidupan tersebut terhadap fenomena sekitarnya dalam berbagai perspektif. Saya jadi teringat Muhammad muda yang sedang bertahannuts di gua Hira sambil melihat Mekah dari kejauhan dan ketinggian. Dari keterjagaannya inilah, atas izin Tuhan, saya hari ini memeluk sebuah agama bernama Islam. Adapun para penulis, biasanya mereka termasuk yang memiliki kepekaan yang akan membuatnya gelisah dengan segala yang belum selesai. Selain mereka berusaha keras mencari ide, ide pun beramai-ramai mencari dan merongrongnya; hantu-hantu gentayangan dalam bentuk pertanyaan demi pertanyaan.
Bila saja fenomena ini terjadi pada seorang penulis jenis karya apa pun, bisa jadi ini adalah anugerah. Ia sedang disunting semesta untuk menjadi alatnya menyampaikan “kebenaran”. Ya, taksetiap penulis dipilih ide untuk ditungganginya. Tapi, nanti dulu, ini jadinya terkesan bahwa penulis adalah seseorang yang pasif dan idelah sesuatu yang aktif. Ya, memang bisa jadi demikian. Karena itulah, momen seperti ini menjadi peristiwa yang sangat mahal. Sementara, sekian banyak penulis bertebaran mencari ide, sejak di depan bacaan, film-film, musik, dan berbagai realitas keseharian baik yang minor maupun mayor yang bahkan langsung mereka datangi ke tempat T, kau justru didatangi ide tersebut dan terjaga pada sebuah tengah malam, padahal kau baru memejamkan mata satu jam yang lalu. Dan kau bangkit untuk menuliskannya.
Memang, para produsen pemikiran memerlukan momen M ini. Momen ketika ide-ide menjadi hantu dan mendatanginya di sembarang waktu. Tentu saja, hal ini penting, karena tidak semua orang dihinggapi keterjagaan, bahkan ada orang yang sedemikian frustrasi dalam mencari ide dan menggapai energi besar untuk menuliskannya. Bersyukurlah atas kegelisahanmu, atas sesuatu yang mendorongmu untuk bangkit dari tidurmu, atas bisikan-bisikan dibenakmu tentang sesuatu yang salah atau belum selesai, atas kebodohan masa lalumu yang harus segera kautuliskan hikmahnya, atau atas segala hal yang bernama masa depan yang kau bayangkan dan idamkan sebagai kritik atas masa kini yang suram dan retak.
Oh, iya… tulisan ini pun dibuat saat hantu ide menyerangku. Tidurku taknyenyak, gerah dalam berbagai dimensinya menghinggapi. Selain itu, diksi-diksi berbisik di benakku, cerewet, bahkan sebagian seperti mencibir dan menghinaku atas kelamahanku untuk bangkit dan mengabadikannya, Memang, banyak yang belum selesai dalam hidupku, termasuk tulisan-tulisan terpenting yang adalah bagian dari tugas profesionalku, dan mungkin itu yang menghantui. Namun, ternyata, bukan semata itu. Hantu-hantu ide ini telah mampu membuka lebar-lebar keterjagaanku bahwa yang diperlukan oleh seorang penulis adalah menulis seperti yang diungkapkan oleh Charles Bukowski: Menurutku, penulis adalah seseorang yang menulis. Yang duduk di depan mesin tik dan menuliskan kata-kata. Itu initinya. Bukan mengajar orang lain, bukan duduk di acara seminar; bukan membacakan puisi di tengah keramaian. Wallahu’alam.
Derwati, 16/3/21
Leave a Reply