Puisi
-
Hind Rajab dan Hal Menakutkan yang Bernama Ketidakpedulian
#1 (Namanya Hind Rajab. Anak cantik yang terjebak dalam gempuran memori ganas.) “Sebentar lagi malam, aku takut sekali… tolong datang dan jemput aku…” ujarnya mengiris Namun, perlu hampir setengah bulan untuk memastikan suara dari panggilan darurat itu tertanggapi. Mari kita bayangkan bagaimana detikdetik selama dua belas hari itu ia lalui? suara desau angin malam yang…
-
Ingatan
INGATAN Daun yang melayang di atas kepalamu hanya bisa diingat oleh burung yang bertengger di atas dahan itu. Dan kau yang bangga dengan indra setiap saat dikelabui oleh sesuatu yang tak kau ketahui tak kau jangkau. Bahkan kau yang menggenggam buku sejarah dan ensiklopedi di teras rumah itu tak mampu menghindar dari daun yang sedetik…
-
Pagi Menjamu Hujan
Pagi menjamu hujanAnggrek dan mawarmawar itu berpestaTakada guguran daun mangga apalagi putikputik bebunganyaIni bulan Juni, katamu Hujan mencangkung di berandaTanpa masker ia lirih berbicaraNormal baru takberlaku bagi tuan rumah sepertikuSiapa yang sesungguhnya sedang bertamu? Pagi menjamu hujanMereka berbincang tentang kekacauan manusia dan kemanusiaan—yang selalu merasa digdaya dengan pengetahuannya—tentang Korona, tentang demokrasi, dan kerusuhan di AmerikaMereka…
Cerbung
-
Menempuh (7)
Menempuh (7) Usai tanjakan pertama, jalan kembali landai. Namun, dia memutuskan untuk istirahat. Ia tepikan motornya di bawah pohon nangka. Hampir di halaman sebuah rumah semi permanen yang tidak terlalu besar. Halaman rumahnya sebentuk tanah coklat kehitaman tanpa rumput. Tanah itu mengilat seperti lembap. Tampak licin. Tapi ia tak memperhatikannya terlalu lama. Ia hanya mencari…
-
Menempuh (6)
Menempuh (6) Dan betul saja ia tertinggal. Kini melenggang sendirian. Tampaknya ketergesaannya kalah sarana atau jangan-jangan pengendara yang lain sesungguhnya tidak sedang tergesa?Hanya kendaraan mereka yang mutakhir yang membuat mereka melesat tanpa mengejar apa-apa? Kecepatan bukan Ketergesaan. Beda dengan dirinya, ketergesaan adalah ruang jiwanya, tetapi motornya takmengizinkan untuk itu. Juga jiwanya. Sampai mengepul asap hitam…
-
Menempuh (5)
Menempuh (5) Ia kini bagian dari balapan motor-motor Pengejar matahari. Tentu saja dibanding motor-motor baru dan matic, motornya agak terseok, tapi ia yakin akan sampai pertama jika itu menuju ibu. “Kau sedang diuji. Kita sedang diuji. Tempuhlah semuanya. Ibu menunggumu di sini.” Terngiang kuat mantra itu, kadang ia gumamkan juga di tengah tempuhan. Kalau saja…
Musik
Cerpen
-
Grafiti
GRAFITI Oleh Moch. Irfan Hidayatullah Mobil berseliweran. Orang-orang lalu lalang. Debu hampir mengabut. Mungkin hari ini hampir batuk karena terus menerus menghisapnya. Pedagang kaki lima sumringah karena dagangannya laku. Para pengamen hampir berteriak berusaha merdu melagu. Pengemis mengernyitkan dahi karena kepanasan. Mall yang megah berdiri kokoh, hampir angkuh. Sementara itu. “Nyokap gua…hmm lumayan. Daia…
-
Mawar Warna-Warni
Mawar Warna-Warni Oleh M. Irfan Hidayatullah Halaman rumah itu penuh mawar. Warna-warni. Terlihat sangat segar walau terik sinar matahari, bila siang.Setiap larik sinarnya seperti dihimpun oleh mawar-mawar itu kemudian dipantulkan pada setiap yang melihat menjadi semacam keindahan tak terkirakan. Semacam pelangi hadir di sana. Belum lagi jika angin iseng menyentuhnya. Tangkai-tangkainya menari. Satu dua…
Esai
-
SENI MENULIS
SENI MENULIS Oleh M. Irfan Hidayatullah Menulis adalah sebuah kata yang tak asing. Menulis adalah proses bagi sebuah bentuk kreasi, yaitu tulisan. Menulis bahkan ada di belakang segala kreativitas saat ini. Menulis dengan demikian memiliki dua posisi; sebagai proses bagi produk mentah dan proses bagi produk jadi. Hal tersebut bergantung pada jenis produk apa yang…
-
Belajar kepada Para Pembelajar
Perjalanan subuh dari Bandung setelah pertandingan Argentina vs Kroasia membuatku begitu optimistis. Selain, tentu saja karena tim Argentina menang 3:0 atas lawannya, juga karena sekira pukul sembilan aku akan dipertemukan dengan puluhan remaja kreatif di Kota Bogor. Ya, perjalanan selama hampir tiga jam itu kutempuh dengan riang dan lesat. Kantuk yang seharusnya muncul dan mengganggu…
-
Lebaran Kali Ini
Lebaran kali ini alasan kami untuk tidak mudik bukan karena pandemi, tetapi karena renovasi rumah kami belum selesai. Ya, rumah yang biasanya bisa ditinggalkan dengan leluasa saat pulang kampung, kini meminta perhatian. Ia meminta jatah perawatan dan anggaran. Sudah bisa ditebak bahwa kami keluarga pas-pasan yang nekad melebarkan rumah. Dengan anggaran terbatas kami ingin menata…